Pages

 

Kamis, 01 Januari 2015

PENDEKATAN BELAJAR DAN TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR

0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses penting yang akan dijalani setiap individu dan tidak mungkin dihindari guna merubah perilaku. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seeseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa konsep belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.
Seorang pendidik memiliki peranan dalam proses belajar individu selama di sekolah, jadi harus mengetahui apa saja yang berkaitan dengan proses belajar siswa. Salah satunya yaitu kita sebagai calon konselor sekolah yang akan membantu para siswa dalam menghadapi dan mendampingi para siswa dalam proses belajar.
Salah satu yang harus kita ketahui adalah pendekatan belajar dan teknik- teknik bimbingan dan konseling belajar yang akan kami bahas dalam makalah ini. Jadi jika kita telah memahami hal tersebut semoga kita dapat menjadi konselor sekolah yang baik dan siswa dapat terbantu dengan adanya layanan bimbingan konseling belajar yang diberikan.


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan belajar ?
2.    Apa saja pendekatan dalam belajar yang banyak digunakan ?
3.    Teknik apa saja dalam bimbingan konseling belajar ?

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui apa itu pendekatan belajar.
2.    Untuk dapat mengetahui apa saja pendekatan belajar yang banyak digunakan.
3.    Untuk dapat mengetahui apa saja teknik- teknik dalam bimbingan dan konseling belajar.

1.4. Manfaat
Ada beberapa manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Kita dapat mengetahui apa itu pendekatan belajar
2.    Kita menjadi tahu apa saja pendekatan belajar yang banyak digunakan.
3.    Kita dapat mengetahui teknik- teknik dalam bimbingan dan konseling belajar.
4.    Kita dapat mempraktekan kepada siswa kita ketika menjadi konselor sekolah.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendekatan Belajar
Banyak pendekatan belalajar yang dapat diajarkan sebagai siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Diantara pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representative (mewakili) yang klasik dan modern itu adalah 1) pendekatan Hukum Jost, 2) pendekatan Ballard an Clanchy dan 3) Pendekatan Biggs, penjabarannya sebagai berikut:
2.1.1. Pendekatan Hukum Jost
Menurut Rebber dalam Muhibbin (2000:127) mengemukakan salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktekkan materi pelajaran akan lebih mudah memenggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5x3 adalah lebih baik daripada 3x5 walupun hasil perkalian dua kiat itu sama. Maksudnya, mempelajari sebuah materi dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari. Perumpamaan pendekatan beljar dengan cara mencicil seperti contoh diatas hingnga kini masih dipandangcukup berhasi guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan.
2.1.2. Pendekatan Ballard & Clanchy
Menurut Ballard & Clancy dalam Muhibbin (2000:127), pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yakni 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving), dan 2) sikap memperluas (extending). Siswa yang bersikap conservasing pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “Reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). Sedangkan siswa yang bersifat extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “Analitis” (berdasarkan pemeliharaan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan diantara merka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam) yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya. 
v Tabel Perbandingan Pendekatan Belajar Ballard & Clanchy
Ragam Pendekatan Belajar dan Ciri Khasnya
Reproduktif
Analitis
Spekulatif
Strateginya:
Ø  Menghafal
Ø  Meniru
Ø  Menjelaskan
Ø  Meringkas

Strateginya:
Ø  Berpikir kritis
Ø  Mempeertanyakan
Ø  Menimbang
Ø  Berargumen
Strateginya:
Ø  Sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru
Ø  Berspekulasi dan membuat hipotesis

Pertanyaanya:
Ø  Apa?

Pertanyaannya:
Ø  Mengapa?
Ø  Bagaimana?
Ø  Apa betul?
Ø  Apa penting?

Pertanyaanya:
Ø  Bagaimana kalau…??
Tujuanya:
Ø  Pembenaran/ penyebutan kembali

Tujuannya:
Ø  Pembentukan kembali materi kedalam pola baru/ berbeda
Tujuannya:
Ø  Menciptakan pengetahuan baru.
2.1.3. Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam 3 prototipe (bentuk dasar), yaitu:
a.    Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
b.    Pendekatan deep (mendalam)
c.    Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
John B. Biggs, menyimpulkan bahwa prptotipe-prototipe pendekatan belajar tadi pada umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan. Namun agaknya patut diduga bahwa antara motif siswa dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada keterkaitan.
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.  Sebaliknya siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarikdan meras membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajar serius dan memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Sementara siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus “ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan lainnya. Dia memiliki ketrampilan belajar (study skill) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga dia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju kedepan (plans ahead)
v Tabel Perbandingan Prototipe Pendekatan Belajar Biggs
Pendekatan Belajar
Motif dan Ciri
Strategi
Surface approach (pendekatan perumpamaan)
Ekstinsik dengan cirri menghindari kegagalan tapi tidak belajar keras
Memusatkan pada rincian-rincian materi dan memproduksi secara persis
Deep approach (pendekatan mendalam)
Instrinsik dengan cirri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi
Memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi
Achieving approach (pendekatan mencapai prestasi tinggi)
Ego-enhancement dengan cirri bersaing untuk meraih nilai prestasi tertinggi)
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (Study Skill)

2.1.4. Pendekatan Thorndike
Edward l. Thorndike (1874-1949) mengemukan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan law of effect. Menurut  hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan ,teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh thorndike ini disebut juga koneksionisme,teori ini mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
2.1.4.1. Law of Readiness
Thorndike menjelaskan mengenai prinsip belajarnya bahwa seseorang akan lebih mudah melakukan koneksionisme ketika ia siap. Dimana kesiapan itu bermakna bahwa ia siap untuk menerima hal yang akan dipelajari. Yaitu menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya.
Thorndike juga menjelaskan bahwa kesiapan mengandung 3 bagian, yang diringkas sebagai berikut: 1) Apabila satu unit konduksi siap menyalurkan (to conduct), maka penyaluran dengannya akan memuaskan, 2) Apabila satu unit konduksi siap untuk meyalurkan, maka tidak menyalurkannya akan menjengkelkan, 3) Apabila satu unit konduksi belum siap untuk menyalurkan dan dipaksa untuk menyalurkan, maka penyaluran dengannya akan menjengkelkan.
Namun nampaknya hukum ini tidak subjektif, misalnya apa yang dimaksudkan dengan “untuk konduksi yang siap menyalurkan” adalah kesiapan untuk bertindak. Dengan menggunakan terminology kontemporer kita bisa menyatakan ulang hukum kesiapan Thorndike sebagai berikut: 1) Ketika seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan, 2) Ketika seseorang siap melakukan suatu tindakan, maka tidak melakukannya akan menjengkelkan, 3) Ketika seseorang belum siap melakukan suatu tindakantetapi dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.
2.1.4.2. Law Of Exercise
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat. Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin lemahnya hubungan yang terjadi. Atau dalam arti lain yakni belajar dilakukan secara berulang yang bertujuan menyempurnakan penguasaan. Teori Thorndike mencakup hukum latihan yang terdiri atas 2 bagian: 1) Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of use (hukum penggunaan), 2) Koneksi antara stimulus dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of disuse (hukum ketidakgunaan)
Thorndike mendefinisikan penguatan sebagai peningkatan probabilitas terjadinya respon ketika stimulus terjadi. Ringkasnya hukum latihan menyatakan bahwa kita belajar dengan berbuat dan lupa tidak berbuat.
2.1.4.3. Law of Effect
Dalam hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Guru yang memberi senyuman wajar terhadap jawaban anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “ Bagus”, “Hebat” , ”Kau sangat teliti” dan semacamnya akan merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai pelajaran.

2.2. Teknik-Teknik dalam Bimbingan dan Konseling Belajar

Dalam bimbingan dan konseling belajar kegiatan berpusat pada dua hal, diantaranya:
1.    Menghimpun data dan informasi selengkap dan seobjektif mungkin, baik secara langsung dari konseli yang bersangkutan maupun dari sumber-sumber lainnya yang sesuai dengan tahapan layanannya.
2.    Menciptakan hubungan baik dengan konseli, memberikan informasi yang meyakinkannya, membantunya dalam proses melakukan pilihan dan pengambilan keputusan mengenai rencana-rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:119), pelayanan bimbingan dan konseling belajar dapat ditempuh dengan menggunakan 2 teknik, yaitu teknik individual dan teknik kelompok. Berikut penjelasannya lebih lanjut.

2.2.1. Teknik Individual
Teknik individual ini dibagi menjadi 3, antara lain:
2.2.1.1.Directive counseling
Dengan prosedur atau teknik pelayanan bimbingan tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan masalah yang dihadapi konseli. Tokoh dari aliran ini Williamson menunjukkan alasan bahwa:
a.    Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri, sukar memecahkan masalahnya tanpa bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
b.    Anak yang kesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
c.    Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari orang lain.
2.2.1.2. Non-directive counseling
Disini konselilah yang mengambil inisiatif, yang menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari orang lain.

2.2.1.3. Eclective counseling
Pelayanan tidak dipusatkan pada konseli, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tentang apa yang diperlukan setiap waktu dan dapat diubah kalau memang diperlukan.

2.2.2. Teknik kelompok (Group Guidance)
Teknik ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh beberapa orang murid, dan dapat juga dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dialami oleh seorang individu. Berikut ini ada beberapa teknik dalam bimbingan kelompok, antara lain:
2.2.2.1. Home room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oelh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat dilakukan secara periodic, misalnya seminggu sekali. Kegiatan home room dapat digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalui kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar.

2.2.2.2. Fiel trip (karya wisata)
Bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak menguntungkan. Dengan karya wisata, murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari dekat objek situasi yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah. Dengan karya wisata murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, kerja sama, dan tanggung jawab.

2.2.2.3.Diskusi kelompok (group discussion)
Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang kurang lebih terdiri dari 4 sampai 5 orang. Para peserta didik yang telah bergabung ke dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk di dalamnya masalah belajar. Misalnya kesukaran dalam belajar dan masalah pengisian waktu luang. Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi.

2.2.2.4. Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama akan mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik. Kegiatan kelompok yang dapat digunakan misalnya adalah bermain bersama atau melakukan rekreasi bersama.

2.2.2.5. Organisasi murid
Kegiatan organisasi siswa mialnya OSIS sangat membantu proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Kemampuan pribadi dapat dikembangkan dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau masyarakat dapat dikembangkan dengan baik pula.

2.2.2.6. Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Maka dari itu, sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial.

2.2.2.7. Upacara
Upacara bendera merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak-anak dalam melatih disiplin, melatih keterampilan, membentuk diri untuk dapat menghormati pahlawan, cinta bangsa dan tanah air. Upacara bendera merupakan rangkaian kegiatan sekolah untuk menanamkan, membina, dan meningkatkan penghayatan serta mengamalkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia.

2.2.2.8. Papan bimbingan
Papan bimbingan adalah papan tulis yang dipasang di luar ruang kelas dapat menjadi suatu teknik bimbingan dan menjadi tempat persinggahan murid-murid di waktu senggang. Pada bimbingan tersebut secara berkala dapat dilukiskan atau ditempelkan banyak hal misalnya, pengumuman penting atau peristiwa yang hangat.
BAB III
PENUTUP

3.1.          Kesimpulan
Banyak pendekatan belalajar yang dapat diajarkan sebagai siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Seperti Pendekatan Hukum Jost, Pendekatan Ballard And Clanchy dan Pendekatan Biggs. Bimbingan dan Konseling memiliki beberapa teknik yang dapat digunakan dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling Belajar. Teknik yang ada dibagi menjadi dua, yaitu individual dan kelompok.b

3.2.          Saran
Pendekatan belajar serta teknik- teknik yang ada tidak dapat dipastikan dapat mengubah prestasi belajar siswa karena itu tergantung dari masing- masing individu karena mereka selalu memiliki karakteristik tersendiri. Jadi pendidik harus mengetahui karakteristik siswanya sebelum menggunakan pendekatan belajar serta teknik- teknik dalam bimbingan dan konseling belajar.


  
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Kelana. 2014. Aplikasi Pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik dalam
Bimbingan dan Konseling Belajar. Online:

Mardani, Rahayu. 2010. Pendekatan Teori Thorndike. Online:

Raharyanti, Anjar. 2014. Teori Pembelajaran Thorndike. Online:

SainsMatika. 2012. Implikasi Aliran Psikologi Tingkah Laku ( Teori Thorndike ,
Teori Gagne, Teori Ausubel dan Teori Skinner) Terhadap Pembelajaran Matematika. Online: http://sainsmatika.blogspot.com/2012/06/implikasi-aliran-psikologi-tingkah-laku.html [Acessed: 1/06/14]

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.








0 komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan