KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF
1. Konsep dasar penelitian kualitatif
Penelitian kaulitatif adalah salah
satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang
kenyataan melalui proses berfikir induktif. Dalam penelitian ini, peneliti
terlibat dalam situasi dan setting fenomenanya yang diteliti. Peneliti
diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam
konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan sesuatu yang unik dan berbeda
dengan yang lain karena ada perbedaan konteks.
Tugas peneliti adalah mengumpulkan
data dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga para informan dibiarkan
berbicara sendiri. Tujuannya adalah untuk membuat laporan apa adanya dengan
sedikit atau tanpa interpretasi atau campur tangan atas kata-kata lisan
informan dan dengnan sedikit atau tanpa penafsiran atas pengamatan yang
dilakukan oleh para peneliti sendiri. Walau kelompok peneliti ini berpendapat
bahwa pandangan informan tentang realitas tidak mencerminkan ”kebenaran”, namun
pendapat subjek dilaporkan secara spontan dan penuh makna.
Penelitian kualitatif umumnya digunakan dalam dunia
ilmu-ilmu sosial dan budaya misalnya penelitian kebijakan, ilmu politik,
administrasi, psikologi komunitas dan sosiologi, organisasi dan manajemen,
bahkan sampai pada perencanaan kota dan perencanaan regional.
Menurut Miles dan Hubermen bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertitik tolak dari realitas
dengan asumsi pokok bahwa tingkah laku manusia mempunyai makna bagi pelakunya
dalam konteks tertentu. Sehingga ada tiga aspek pokok yang harus dipahami
Metode
penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya
belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena belandaskan pada filsafat
postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan. Untuk selanjutnya dalam buku ini
kedua metode itu disebut metode kuantitatif dan kuantitatif.
Filsafat
positivisme memandang
realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relative tetap, konkrit,
teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada
umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representative.
Proses penelitian bersifat dedukatif, dimana untuk menjawab rumusan masalh yang
digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis
tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk
mengumpulkan data digunakan instrument penelitian. Data yang telah terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik
deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang
dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan
pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Metode penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi,
karena pada awanya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.
Filsafat
postpositivisme sering juga disebut
sebagai paradigm interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas social
sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada
obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri.
Untuk dapat menjadi inetrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan
mendalam terhadap situasi social pendidikan yang diteliti, maka teknik
pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan
bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung
makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu
nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu mendalam penelitian kualitatif
tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.
Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana oeneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generlisasi.
2.
Karakterisitik
penelitian kualitatif
Beberapa
karakteristik penelitian kualitatif yang menonjol, antara lain sebagai berikut:
a. Permasalahan Masa Kini
a. Permasalahan Masa Kini
Pada
umumnya penelitian kualitatif mengarahkan kegiatannya pada masalah kekinian.
Subjek peristiwa yang diteliti bukan masa lampau seperti dalam penelitian
sejarah. Dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran
penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi di masa kini.
b. Natural Setting
b. Natural Setting
Topik
penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli apa adanya, sesuai dengan di
mana, dan kapan subjek penelitian berada. Dengan demikian sasaran penelitian
berada dalam posisi kondisi asli seperti apa adanya secara alami tanpa rekayasa
penelitian.
c. Bersifat
Holistik.
Penelitian
Kualitatif memandang berbagai masalah selalu berada dalam kesatuannya tidak
terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu dalam suatu konteks. Berbagai
variable yang dikaji tidak bisa dipahami secara terpisah dari posisi
keterkaitanya dalam suatu konteks keseluruhan.
d. Memusatkan
pada deskripsi.
Penelitian
kualitatif memusatkan pada kegiatan ontologis, sehingga data yang dikumpulkan
terutama berupa kata kata, kalimat atau gambar memiliki makna yang lebih nyata
daripada sekedar angka atau frekuensi.
e. Analisis
induktif.
Penelitian
kualitatif menekankan pada analisis induktif. Data yang dikumpulkan bukan dimaksudkan
untuk mendukung atau menolak hipotesis penelitian, tetapi abstraksi disusun
sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan melalui proses
pengumpulan data yang dilakukan secara teliti.
f. Desain penelitian lentur dan terbuka.
f. Desain penelitian lentur dan terbuka.
Dalam
penelitian kualitatif, desain disusun secara lentur dan terbuka disesuaika n
dengan kondisi sebenarnya yang dijumpai di lapangan. Penelitian tidak menerima
desain yang ditentukan secara apriori karena tidak tepat dalam menghadapi
realitas dari berbagai masalah yang sebelumnya tidak diketahui.
g. Peneliti
sebagai alat utama penelitian.
Berbagai
alat pengumpulan data dapat dimanfaatkan sebagai peralatan penunjang dalam
penelitian kualitatif , namun demikian , alat penelitian utamanya tetaplah
peneliti sendiri.
h. Purposive
Sampling.
Mengingat
bahwa penelitian kualitatif tidak ada tujuan untuk melakukan generalisasi, maka
penarikan sampel dilakukan dengan teknik cuplikan yang bersifat purposive.
i. Makna sebagai perhatian utama.
i. Makna sebagai perhatian utama.
Peneliti
memusatkan dirinya pada participant perspektive. Dengan demikian dapat
dihindari perumusan makna mengenai sesuatu di dlaam konteksnya yang berdasarkan
pandangan hanya dari penelitnya sendiri.
j. Bentuk
laporan dengan model studi kasus.
laporan
penelitian kualitatif cenderung untuk menggunakan model laporan studi kasus,
karena lebih sesuai bagi penyajian realitas multiperspektif dengan kekayaan deskripsinya.
3. Landasan teori kualitatif
Penelitian
kualitatif berakar dari sebuah paradigma yang dikenal dengan interpretatif.
Setidaknya ada tiga teori dalam pendekatan yang termasuk dalam paradigma
interpretatif. Yaitu pendekatan fenomenologi, interaksi simbolis, dan
etnometodologi.
Perspektif
fenomenologi yang memiliki sejarah panjang dalam filosofi dan sosiologi
mempelajari bagaimana kehidupan sosial ini berlangsung dan melihat tingkah laku
manusia, yang meliputi apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat. Sebagai hasil
dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya. Berdasarkan pemikiran ini maka
untuk mengerti sepenuhya bagaimana kehidupan sosial itu berlangsung maka harus
memahami dari sudut pandang pelaku itu sendiri.
Teori dan
pendekatan interaksi simbolis, pendekatan ini memandang bahwa semua perilaku
manusia pada dasarnya memiliki social
meanings (makna-makna sosial). Makna-makna sosial dari perilaku manusia
yang melekat pada dunia sekitarnya itu penting untuk dipahami. Blummer dalam
(Suyanto:2005) mengembangkan tiga premis sehubungan dengan hal tersebut, yaitu
1) manusia bertindak terhadap sesuatu (orang) berdasarkan bagaimana mereka
memberi arti terhadap sesuatu (orang). 2) meaning
atau makna merupakan produk sosial yang muncul dari interaksi sosial. 3) social actor memberikan makna melalui
proses interpretasi.
Hal
tersebut mengadung arti bahwa dalan interaksi soial, penafsiran merupakan hal
esensial yang memengaruhi definisi sosial. Konsep diri merupakan definisi yang
diciptakan melalui interaksi dengan orang lain. Jadi untuk mempelajari tingkah
laku manusia kita harus memahami sistem makna yang diacu oleh manusi yang
dipelajari. Peneiti harus memahami definisi soaial dan peroses
pendefinisiannya.
Pendekatan
etnometodologi, yaitu pendekatan yang lebih merujuk pada bidang masalah yang
diteliti, yaitu tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami
kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini yang ingin dipahami adalah bagaimana
orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat
hidupnya. Fokus penelitiannya adalah realitas sosial dari kehidupan manusia
sehari-hari. Jadi yang dipentingkan
adalah hal-hal nyata dan apa adanya menurut hal yang dilihat dan diketahui.
Karena itu, pendekatan etnometodologi cenderung menfokuskan pada
masalah-masalah mikro dan peneliti tak ubahnya sebagai juru potret.
Mendasarkan
pemikiran pada pendekatan-pendeakatan tersebut maka peneliti harus dapat
menangkap proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang
orang yang diteliti. Pendekatan ini berasumsi bahwa peneliti tidak memahami
arti segala sesuatu dari orang-orang yang sedang diteliti. Menggunakan
pendekatn-pendekatan ini peneliti berusaha mendalami aspek subjektif dari
perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang-orang yang
diteliti. Dengan cara tersebut diharap peneliti dapat mengerti bagaimana makna
sosial dan wacana-wacana dikembangkan dalam kehidupan sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Latifa, A.D. 2010. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Online: [Acessed:16/11/14] http://ninkwidya.blogspot.com/2010/01/karakteristik-penelitian kualitatif.html
Sugiyono.
2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung
: Alfabeta
Suyanto,
B. dkk. 2005. Metode Penelitian Sosial.
Jakrta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan