Pages

 

Kamis, 01 Januari 2015

KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF

0 komentar


KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF

1.  Konsep dasar penelitian kualitatif
Penelitian kaulitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomenanya yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan yang lain karena ada perbedaan konteks.
Tugas peneliti adalah mengumpulkan data dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga para informan dibiarkan berbicara sendiri. Tujuannya adalah untuk membuat laporan apa adanya dengan sedikit atau tanpa interpretasi atau campur tangan atas kata-kata lisan informan dan dengnan sedikit atau tanpa penafsiran atas pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti sendiri. Walau kelompok peneliti ini berpendapat bahwa pandangan informan tentang realitas tidak mencerminkan ”kebenaran”, namun pendapat subjek dilaporkan secara spontan dan penuh makna.

Penelitian kualitatif umumnya digunakan dalam dunia ilmu-ilmu sosial dan budaya misalnya penelitian kebijakan, ilmu politik, administrasi, psikologi komunitas dan sosiologi, organisasi dan manajemen, bahkan sampai pada perencanaan kota dan perencanaan regional.
Menurut Miles dan Hubermen bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertitik tolak dari realitas dengan asumsi pokok bahwa tingkah laku manusia mempunyai makna bagi pelakunya dalam konteks tertentu. Sehingga ada tiga aspek pokok yang harus dipahami
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena belandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Untuk selanjutnya dalam buku ini kedua metode itu disebut metode kuantitatif dan kuantitatif.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representative. Proses penelitian bersifat dedukatif, dimana untuk menjawab rumusan masalh yang digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrument penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
            Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada  awanya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
            Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas social sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi inetrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mendalam terhadap situasi social pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu mendalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.
            Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana oeneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generlisasi.
2.  Karakterisitik penelitian kualitatif

Beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang menonjol, antara lain sebagai berikut:
a. Permasalahan Masa Kini
Pada umumnya penelitian kualitatif mengarahkan kegiatannya pada masalah kekinian. Subjek peristiwa yang diteliti bukan masa lampau seperti dalam penelitian sejarah. Dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi di masa kini.
b. Natural Setting
Topik penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli apa adanya, sesuai dengan di mana, dan kapan subjek penelitian berada. Dengan demikian sasaran penelitian berada dalam posisi kondisi asli seperti apa adanya secara alami tanpa rekayasa penelitian.
c. Bersifat Holistik.
Penelitian Kualitatif memandang berbagai masalah selalu berada dalam kesatuannya tidak terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu dalam suatu konteks. Berbagai variable yang dikaji tidak bisa dipahami secara terpisah dari posisi keterkaitanya dalam suatu konteks keseluruhan.
d. Memusatkan pada deskripsi.
Penelitian kualitatif memusatkan pada kegiatan ontologis, sehingga data yang dikumpulkan terutama berupa kata kata, kalimat atau gambar memiliki makna yang lebih nyata daripada sekedar angka atau frekuensi.
e. Analisis induktif.
Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif. Data yang dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis penelitian, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan secara teliti.
f. Desain penelitian lentur dan terbuka.
Dalam penelitian kualitatif, desain disusun secara lentur dan terbuka disesuaika n dengan kondisi sebenarnya yang dijumpai di lapangan. Penelitian tidak menerima desain yang ditentukan secara apriori karena tidak tepat dalam menghadapi realitas dari berbagai masalah yang sebelumnya tidak diketahui.
g. Peneliti sebagai alat utama penelitian.
Berbagai alat pengumpulan data dapat dimanfaatkan sebagai peralatan penunjang dalam penelitian kualitatif , namun demikian , alat penelitian utamanya tetaplah peneliti sendiri.
h. Purposive Sampling.
Mengingat bahwa penelitian kualitatif tidak ada tujuan untuk melakukan generalisasi, maka penarikan sampel dilakukan dengan teknik cuplikan yang bersifat purposive.
i. Makna sebagai perhatian utama.
Peneliti memusatkan dirinya pada participant perspektive. Dengan demikian dapat dihindari perumusan makna mengenai sesuatu di dlaam konteksnya yang berdasarkan pandangan hanya dari penelitnya sendiri.
j. Bentuk laporan dengan model studi kasus.
laporan penelitian kualitatif cenderung untuk menggunakan model laporan studi kasus, karena lebih sesuai bagi penyajian realitas multiperspektif dengan kekayaan deskripsinya.

3.  Landasan teori kualitatif  
Penelitian kualitatif berakar dari sebuah paradigma yang dikenal dengan interpretatif. Setidaknya ada tiga teori dalam pendekatan yang termasuk dalam paradigma interpretatif. Yaitu pendekatan fenomenologi, interaksi simbolis, dan etnometodologi.
Perspektif fenomenologi yang memiliki sejarah panjang dalam filosofi dan sosiologi mempelajari bagaimana kehidupan sosial ini berlangsung dan melihat tingkah laku manusia, yang meliputi apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat. Sebagai hasil dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya. Berdasarkan pemikiran ini maka untuk mengerti sepenuhya bagaimana kehidupan sosial itu berlangsung maka harus memahami dari sudut pandang pelaku itu sendiri.
Teori dan pendekatan interaksi simbolis, pendekatan ini memandang bahwa semua perilaku manusia pada dasarnya memiliki social meanings (makna-makna sosial). Makna-makna sosial dari perilaku manusia yang melekat pada dunia sekitarnya itu penting untuk dipahami. Blummer dalam (Suyanto:2005) mengembangkan tiga premis sehubungan dengan hal tersebut, yaitu 1) manusia bertindak terhadap sesuatu (orang) berdasarkan bagaimana mereka memberi arti terhadap sesuatu (orang). 2) meaning atau makna merupakan produk sosial yang muncul dari interaksi sosial. 3) social actor memberikan makna melalui proses interpretasi.
Hal tersebut mengadung arti bahwa dalan interaksi soial, penafsiran merupakan hal esensial yang memengaruhi definisi sosial. Konsep diri merupakan definisi yang diciptakan melalui interaksi dengan orang lain. Jadi untuk mempelajari tingkah laku manusia kita harus memahami sistem makna yang diacu oleh manusi yang dipelajari. Peneiti harus memahami definisi soaial dan peroses pendefinisiannya.
Pendekatan etnometodologi, yaitu pendekatan yang lebih merujuk pada bidang masalah yang diteliti, yaitu tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini yang ingin dipahami adalah bagaimana orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat hidupnya. Fokus penelitiannya adalah realitas sosial dari kehidupan manusia sehari-hari.  Jadi yang dipentingkan adalah hal-hal nyata dan apa adanya menurut hal yang dilihat dan diketahui. Karena itu, pendekatan etnometodologi cenderung menfokuskan pada masalah-masalah mikro dan peneliti tak ubahnya sebagai juru potret.
Mendasarkan pemikiran pada pendekatan-pendeakatan tersebut maka peneliti harus dapat menangkap proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang yang diteliti. Pendekatan ini berasumsi bahwa peneliti tidak memahami arti segala sesuatu dari orang-orang yang sedang diteliti. Menggunakan pendekatn-pendekatan ini peneliti berusaha mendalami aspek subjektif dari perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang-orang yang diteliti. Dengan cara tersebut diharap peneliti dapat mengerti bagaimana makna sosial dan wacana-wacana dikembangkan dalam kehidupan sehari-harinya.


DAFTAR PUSTAKA

Latifa, A.D. 2010. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Online: [Acessed:16/11/14]            http://ninkwidya.blogspot.com/2010/01/karakteristik-penelitian        kualitatif.html

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suyanto, B. dkk. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakrta: Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan