Pages

 

Minggu, 04 Januari 2015

INTERAKSI SOSIAL DALAM PEROSES BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari manusia lain. Hal ini sesuai dengan hakikat manusia bahwa selain sebagai makhluk individualis manusia dikenal pula sebagai makhluk sosial. Makhluk sosial berarti bahwa manusia sebagai individu sangat membutuhkan bantuan dan kehadiran manusia lain. Yang berarti bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin suatu hubungan antar manusia satu dengan yang lain diperlukan adanya suatu interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbale balik antara individu satu dengan individu lain, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok yang sling memberikan pengaruh.
Dalam bimbingan konseling interaksi sosial menjadi suatu hal yang sangat penting.  Karena tanpa adanya sebuah interaksi peroses bimbingan dan konseling tidak akan berjalan dengan efektif.  Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling adalah bimbingan dan koseling kelompok. Dinama interaksi sangat berpengaruh dalam peoses ini. Bimbingan kelompok adalah sebuah layanan dalam bimbingan dan konseling yang memberikan suatu informasi tertentu yang mana dilakukan secara berkelompok yang biasanya jumlah anggotanya tidak dibatasi. Menurut Gazda dalam Prayitno (2004:309) menyatakan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional dan sosial. Sedangkan konseling kelompok adalah layanan dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan serta pemecahan atau pengentasan  masalah pribadi yang dialami oleh individu dari anggota kelompok tersebut. Dalam konseling kelompok ini, biasanya terdiri dari 6-10 orang anggota

kelompok. Semua dari anggota kelompok tersebut aktif membahas masalah tersebut.

2.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa maslah sebagai berikut, yaitu:
2.1  Apakah yang dimaksud dengan interaksi sosial?
2.2  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi interksi sosial?
2.3  Apa sajakah syarat-syarat terjadinya interaksi?
2.4  Apa pengertian bimbingan kelompok dan apa sajakah cirri-cirinya?
2.5  Apa pengertian konseling kelompok dan apa sajakah cirri-cirinya?
2.6  Bagaimana peran interaksi sosial dalam keefektifan peroses bimbingan dan konseling kelompok?

3.     Tujuan
Dari rumusan maslah diatas maka dapat diperoleh tujuannya sebagai berikut:
3.1  Untuk mengetahui pengertian interaksi sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosoal serta syarat terjadinya interaksi sosial.
3.2  Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling kelompok serta cirri-cirinya.
3.3  Untuk mengetahui peran interaksi sosial dalam keefektifan bimbingan dan konseling kelompok.

4.     Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
4.1  Secara umum bagi mahasiaswa ataupun pembaca makalah ini bisa menjadi sebuah wawasan atau pengeetahuan.
4.2  Manfaat bagi penulis adalah untuk mendapatkan nilai atau memenuhi tugas akhir mata kuliah landasan psikologi sosial. Dan mmberikan suatu ilmu pengetahuan yang lebih mendalan tenetang interaksi sosial dalam bimbingan dan konseling.


BAB II
PEMBAHASAN

1.     Penegrtian Interaksi sosial.
Banyak para ahli dibidang sosiologi telah menguraikan definisi mengenai interaksi sosial antara lain:
1.      Roucek dan Werren dalam Basrowi ( 2005: 138) mengartikan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses melalui tindak balas tiap – tiap kelompok berturut – turut menjadi unsur penggerak bagi tindak dari kelompok lain, ia adalah suatu proses timbal balik, dimana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku orang lain.
2.      Menurut H, Borner dalam Gerungan (2004:62) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu manusia dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
3.      Brooks dalam Sugiyo (2006:20) berpendapt bahwa dalam interaksi terdapat aktivitas yang bersifat resiprokal, demi kebutuhan bersama yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan.
4.      Thibaut dan Kelley, menjelaskn bahwa interaksi sosial adalah sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
5.      Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” . Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungannya dan kelompok dengan kelompok. Adanya hubungan timbal balik tersbut menyatakan bahwa interaksi sosial tersebut memberikan pengaruh, perubahan terhadap individu-individu yang saling berhubungan. Jadi interasksi sosial adalah antar individu yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
2.     Faktor-faktor Interaksi Sosial
Menurut gerungan (2004:62) menyatakan bahwa kelangsungan interaksi sosial memang sederhana tetapi ternyata merupakan proses yang kompleks. Dan ada beberapa faktor yang mendasarinya. Yaitu sebagai berikut:
a.       Faktor Imitasi
Menurut Gerungan ( 2004 : 64) mengemukakan bahwa imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, malainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap – sikap, ide – ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan – hubungannya dengan orang-orang lain. Imitasi disebut juga sebagai dorongan untuk meniru orang lain.
b.      Faktor Sugesti
Menurut Gerungan ( 2004 : 65) bahwa arti sugesti dan dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang ynag satu mangikuti sesuatu diluar dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang selalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Peranan sugesti cukup besar dalam pembentukan norma – norma kelompok, prasangka – prasangka sosial, norma – norma susila, norma – norma politik, dll. Sebab, pada kebanyakan diantara pedoman – pedoman tingkah lakunya itu banyak daru adat kebiasaannya yang diambil alih begitu saja, tanpa pertimbangan lebih lanjut dari orang tuanya, pendidik, ataupun kawan di lingkungannya. Hal ini disebabkan kehidupan zaman modern begitu kompleks. Sehingga, dengan mengambil alih pandangan dan tingkah laku orang lain lebih mudah dapat mereka hadapi persoalan – persoalan sehari – hari yang kompleks.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumusan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
c.       Faktor Identifikasi
Menurut Sugiyo (2006:22) dalam hal ini menjelaskan bahwa bahwa identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik ( sama ) dengan orang lain. Salah seseorang tokoh psikoanalisis Freud menambahakan bahwa anak mempelajari norma sosial dari orang tuanya dengan jalan mengidentifikasi diri pada orang tua. Dengan identfikasi seluruh norma – norma, cita – cita, sikap orang tua dan lainnya dapat digunakan sebagai norma, cita- cita, sikap pada diri anak.
d.      Faktor Simpati
Menurt gerungan (2004:74) menjelaskan bahwa simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang tehadap orang lain. Simpati timbul tidak atas logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Orang tiba-tiba mersa dirinya tertarik pada orang lain seskan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu cirri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara bertingkah laku orang tersebut. Akan tetapi berbeda dengan identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi diri manusia yang merasa simpati pada orang lain. Simpati menghubungkan seseorang dengan orang lain. Jadi simpati adalah perasaan tertarik pada orang lain sehingga menimbulkan perasaan yang mendalan antar individu dalam mereka menjalin suatu hubungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interksi soaial adalah adanya dorongan untuk meniru orang lain atau imitasi, lalu adapula sugesti yaitu pengeruh psikis baik yang ada dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Selanjutnya adalah identifikasi dimana hal ini dalalah dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain atau yang dijadikannya model. Yang terakhir adalah simpati yaitu perassaan tertarik pada orang lain yang sangat mendalam.
3.     Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Mar’at dalam sugiyo (2006:21) menyatakan bahawa interaksi sosial dapat terjadi jika  memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosila dan komunikasi. Berikut penjelsan mengenai kontak sosial dan komunikasi.
1.      Kontak Sosial.
Menurut Soerjono Soekanto (2006:59) menerangkan bahwa kontak sosial merasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango yang artinya menyentuh. Jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Tapi sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menentuhnya, missal dengan bicara dengan pihak lain. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu orang perorangan, orang perorangan dengan kelompok atau sebaliknya dan suatu kelompok dengan kelompok. Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan tetapi juga tanggapan dari tindakan. Kontak sosial bisa bersifatb positif dan negative. Yang posifit lebih mengarah pada kerjasama sedangkan yang negative lebih pada pertentangan atau persaingan.

2.      Komunikasi
Menurut Soerjono Soekanto (2006:60) mengemukakan bahwa Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain ( yang berwujud pembicaraan, gerak – grak badaniah atau sikap), perasaan – perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap – sikap dan perasaan – perasaan suatu kelompok manausia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok – kelompok lain atau orang – orang lainnya. Hal tersebut kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramahan tamahan, sikap bersahabat,atau bahkan sebagai  sikap sinis dan sikap ingin mennjukkan kemenangan. Selarik lirikan, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan  tersebut merasa kurang senang bahkan sedang marah. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang perorangan atau antara kelompok – kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerjasama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mengkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing – masing tidak mau mengalah.
4.     Bimbingan dan Konseling Kelompok
Sebelum kita masuk dalam pembahasan mengenai Bimbingan dan konseling kelompok lebih dahulu akan sedikit di bahas mengenai kelompok. Menurut Sherif dan Sherif dalam Sugiyo (2006:65) mengemukakan bahwa kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih yang telah melakukan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diddalm individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur nan norma-morma tertentu yang khas bagi kelompok itu. Sedangkan Deutch dan Mils mendefinisikan kelompok secara sederhana yaitu kumpulan individu yang bersama-sama bergabung untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Johnson dan Johnson menyatakan bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaanyadalam kelompok dan keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok serta menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan. Maka dari beberapa pernyataan diatas dapat saya simpulkan bahawa kelompok memiliki cirri-ciri yaitu, (1) terdiri dari dua orang atau lebih; (2) adanya interaksi sosial; (3) adanya suatu tujuan yang sama yang akan dicapai; (4) adanya ketergantungan anatar anggotanya; (5) adanya persepsi keanggotaan dan saling mempengaruhi anatar sesame anggota; (6) dan adanya motivasi. Lalu apa itu bimbingan dan konseling kelompok?
A.    Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan secara kelompok. Menurut Gazda dalam Prayitno (2004:309) mengemukakan bahawa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.  Dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan kelompok adalah pemeberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok. Dan yang memberikan informasi itulah yang disebut dengan pemimpin kelompok. Menurut Prayitno (2004:310) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bimbingan kelompok yaitu apa yang dilakukan oleh sipemberi informasi perlu mengeikuti atuaran tertentu, bagaimana informasi itu diberikan dan bagaimana pula anggoa kelompok menerima informasi, apakah boleh bertanya, dan apa yang harus dilakukan setelah informasi diterima. Dalam bimbingan kelompok terdapat cirri homogenitas, yaitu:
1.      Bimbingan klompok para anngota kelompok homogeny.
1.      Masalah yang dialami oleh semua anggota kelompok adala sama, yaitu memerlukan infornasi yang akan disajikan itu.
2.      Tindak lanjut dari diterimanya informasi juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan.
3.      Reaksi atau kegiatan yang diperoleh para anggota dalam peruses pemberian informasi secara relative sama.
Jadi dari beberapa paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan secara kelompok yang bertujuan memberikan informasi-informasi tertenetu dan membahas hal-hal yang dianggap penting, menerik dan sedang hangat atau in dalam masyarakat. Dan menurut Prayitno (2004:314) bimbingan kelompok memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Jumlah anggota tidak terlalu dibatasi
2.      Kondisi dan karakteristik anggota relative homogeny.
3.      Tujuan yang ingin dicapai penguasaan informasi yang lebih luas.
4.      Pemimpin kelompok adalah konselor atau narasumber.
5.      Peran anggota adalah menerima informasi untuk tujuan kegunaan tertentu.
6.      Suasana interaksi monolog atau dialog terbatas.
7.      Sifat dan isi pembicaraan tidak rahasia.
8.      Frekuensi kegiatan berakhir setelah informasi diberikan.
B. Konseling Kelompok.
Konseling kelompok menurut Prayitno (2004:311) adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien (para anggota kelompok). Didalam konseling kelompok suasana yang diusahaka juga sama seperti dalam konseling perorangan, yaitu hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban. Dimana juga da pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan, kegiatan evalusi dan tindak lanjut. Dan tujuan yang didukung oleh konseling kelompok semua anggota kelompok adalah terpecahkannya masalah-masalah yang dialami oleh para anggota kelompok. Semua anggota kelompok diharap dapat menyumbangkan sesuatu yang terjadi didalam kelompok. Untuk memasuki konseling kelompok para anggota atau klien awalnya tidak memerlukan persiapan tertentu.
Dengan demikian masalah yanga akan kita bawa masing-masing kedalam kelompok besar kemungkinan berbeda-beda. Dan masalah masing-masing anggota itu yang nantinya akan dikemukaakn dalam kegiatan kelompok. Menegenai masalah yang akan dibahas dalam konseling kelompok konselor dapat menetapkan melalui persetujuan anggota kelompok masalah mana yang akan dibahas. Topik yang dibahsas haruslah hangat, merangsang dan menantang serta sesuai dengan tingkat kemampuan anggota, sehingga seluruh anggota mersa bersemangat untuk membicarakannya. Konseling kelompok menghendaji agar para klien dapat mengemukakan keadaan diri masing-masing sepenuh-penuhnya dan seterbuka mungkin. Maka dakam hal ini asa kerahasiaan harus dipegang teguh baik oleh konselor dan seluruh anggota kelompok, agar semua anggota merasa tenang dan meu mengemukakan masalahnya dengan terbuka. Secara umum menurut Prayitno (2004:314) konseling kelompok memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Jumlah anggotanya terbatas yaitu dari 5-10 oarng.
2.      Kondisi dan karakteristik anggota hendaknya homogeny dan heterogen.
3.      Tujuan yang ingin dicapai adalah pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan berkomunikasi.
4.      Pemimpin kelompok haruslah konselor.
5.      Peran anggota berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial, menyumbangkan pengentasan masalah, menyerap bahan untuk pemecahan masalah.
6.      Suasana interaksi multi arah, mendalam dengan melibatkan aspek emosional.
7.      Sifat isi pembicaraan adalah rahasia.
8.      Frekuensi kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah pula.

4.     Peran Interaksi Sosial dalam Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Lalu bagaimana peran atau pentinggnya interaksi sosial dalam Bimbingan dan konseling Kelompok?? Berikut penjelasannya.
Dalm kegiatan bimbingan dan konseling interaksi sosial menjadi suatu hal yang sangat penting. Tak hanya dalam layanan perorangan. Semua layanan dalam Bimbingan dan konseling pastinya sangat terpengaruhi oleh interkasi sosial. Dalam bahasan kali ini kita lebih mengacu pada topik interaksi sosial dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok. bagaimana peran interaksi sosial dalam keekfektifan bimbngan dan konseling. Hal ini dapat kita lihat dari cirri-ciri kelompok dan cirri-ciri bimbingan dan konseling kelompok. Bahwa cirri-ciri dari ketiga hal tersebut menyebutkan adanaya interksi sosial sebgai cirri khas ketiga hal tersebut. Dalam bimbingan dan konseling kelompok interaksi sosial sangat berpengaruh terhadap keefektifan peroses tersebut. Karena interksi sosial merupakan kunci utama antar seseorang dalam nenjalin hubungan terutama dalam pembentukan kelompok. Kelompok akan terbentuk jika didalamya terjadi interaksi sosial anatar sesame anggotanya.
Mengapa interksi sosial menjadi sangat penting?, karena tanpa adanya interaksi sosial tidak akan pernah tercapai tujuan dari proses bimbingan dan konseling kelompok. Karena tanpa suatu inetraksi sosial tidak akan terbentuk hubungan yang efektif anatar sessama individu. Suatu hubungan tidak akan berarti tanapa adanya interaksi. Meneurut Prayitno (2004:307) menyatakan bahawa dalam layanan kelompok interaksi anatar individu anggota kelompok merupakan sustu yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Dengan interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama berlangsungnya layanan diharapkan tujuan-tujuan layanan (yang sesjajar dengan kebutuhan-kebutuhan individu anggota kelompok) dapat tercapai secara lebih mantap. Selain itu karena para anggota kelompok dalam interaksi mereka membawa kondisi pribadinya sebagaimena mereka masing-masing tampilkan dalam kehidupan sehari-hari, maka dinamika yang terjadi dalam kelompok itu mencerminkan sussana kehidupan nyata yang dapat dijumpai dimasyarakat secara luas. Hal itu akan lebih terwujud bila kelompok terdiri dari individu-individu yang heterogen terutama dari segi latar belakang dan pengalaman mereka masing-msing.
Dan interaksi sosial didalam bimbingan dan konseling kelompok menumbuhkan berbagai hal yang pendalamannya lebih lanjut akan dapat dilakukan dalam layanan konseling perorangan. Interaksi sosial sangat berpengaruh dalam keefektifan bimbingan dan konseling. dimana jika anatar anggota saling berinteraksi dan saling mempengaruhi maka bimbingan dan konseling bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Jika dilihat dari segi syarat-syarat terjadinya interaksi yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi maka dapat kita simpulkah bahawa interaksi sosial berperan sebagai kemampuan anggota amupun konselor dalam berkomunikasi. Jika anggota kelompok dan konselor memiliki tingkat interaksi sosial yang baik maka kemampuan berkomunikasi mereka akan menjadi baik pula. Maka konselor yang memiliki interaksi soaial baik konselor akan mudah menyampaikan informasi kepada anggota kelompok, dan konselor akan mudah memahami masalah-masah apa saja yang dihadapi anggota kelompoknya dan konselor juga akan mudah dalam memberikan pemecaham masalah serata konselor mamapu dengan baik mempengaruhi para anggotanya agar mereka bisa menjadi lebuh mandiri dan mampu menyelesaikan permasalahannya dengan baik.
Sedangkan jika ditinjau dari sisi klien interaksi sosial berpengaruh terhadap rasa percaya diri klien untuk menyampaikan segala permasalahannya dengan baik serta dapat memberikan pengaruh dengan baik anatar sesama anggota kelomopok. Jika mereka dapat menyampaikan segala masalahnya dan pendapatnya dengan baik dan mampu memberikan pengaruh baiak pada  semua individu dalam kelompok tersebut maka kemungkinan besar bimbingan dan konseling akan berjalan dengan lanjar. Karena jika mereka tidak saling berinteraksi maka bimbingan dan konseling tersebut tidak akan menjadi berarti, karena mereka hanya saling diam dan tidak bisa memberikan pengaruh. Jadi segala informasi yang ada menjadi suatu hal yang sia-sia. Dan melalui dinamika interaksi sosial yang terjdi diantara anggota kelompok masalah yang dialami oleh masing-masing individu angota kelompok dicoba untuk dientaskan. Dan menurut Prayitno (2004:311) menyatakan bahwa peran konselor sebagai agen pembangun dalam konseling perorangan diperkuat oleh peran dinamika interaksi sosial dalam dalam konseling kelompok. Dengan demikian proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok mendapat dimensi yang lebih luas. Dalam konseling kelompok klien atau anggota kelompok memperoleh bahan-bahan pengembangan diri dan pengentasan masalahnya baik dari konselor maupun rekan-rekan kelompok.
Hubungan antara interaksi sosial dengan bimbingan dan konseling kelompok saling timbal balik, dimana bimbingan dan konseling kelompok sanagat membutuhkan adanya interasi soasial dalam peroses kegiatannya. Namun juga sebaliknya bimbingan dan konseling kelompok juga bisa digunakan sebagai layanan meningkatakan kemapuan berkomunikasi dan keterampilan sosial pada umumnya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa peran interaksi sosial dalam kegiatan layanan bimbinganan dan konseling kelompok adalah dapat tercapainya tujuan-tujuan layanan secara mantap. Menciptakan Susana kehidupan nyata dalam kegiatan Bimbingan dan konseling kelompok. Serta menjadikan konselor dan anggota kelompok mudah dalam menyampaikan segala permasalahan, pendapat ataupu pemeecahannya.



BAB III
PENUTP

1.      Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi soasial adalah hubungan timbal balik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungannya dan kelompok dengan kelompok. Adanya hubungan timbal balik tersbut menyatakan bahwa interaksi sosial tersebut memberikan pengaruh, perubahan terhadap individu-individu yang saling berhubungan. Jadi interasksi sosial adalah antar individu yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi interksi soaial adalah adanya dorongan untuk meniru orang lain atau imitasi, lalu adapula sugesti yaitu pengeruh psikis baik yang ada dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Selanjutnya adalah identifikasi dimana hal ini dalalah dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain atau yang dijadikannya model. Yang terakhir adalah simpati yaitu perassaan tertarik pada orang lain yang sangat mendalam. Dan syarat terjadinya interaksi adaah adanya kontak sosial dan komunikasi. Dan  dapat kita simpulkan bahwa peran interaksi sosial dalam kegiatan layanan bimbinganan dan konseling kelompok adalah dapat tercapainya tujuan-tujuan layanan secara mantap. Menciptakan Susana kehidupan nyata dalam kegiatan Bimbingan dan konseling kelompok. Serta menjadikan konselor dan anggota kelompok mudah dalam menyampaikan segala permasalahan, pendapat ataupu pemeecahannya.
2.      Saran
Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah.


DAFTAR PUSTAKA

Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Unnes Pers.
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Penganatar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentar dengan Bahasa yang Sopan